"Does it make you happy to aggravate and poke fun at someone else's pain?" - Dong Min
sumber gambar: twitter |
Reaksi pertama saya sesudah menyelesaikan K-Drama ini adalah bengong.
Iya bengong.
Karena segitunya bikin perasaan campur aduk, tapi lega, tapi kaget, tapi nggak menyangka, tapi oke memang hidup tuh seperti itu.
Iya, hidup memang seperti itu.
Ada banyak hal yang kita nggak pernah tahu, tapi ternyata sedang kita alami. Ada banyak hal yang kiranya kita sudah mahir dan kuasai, tapi ternyata kita gagal menghadapinya dan berujung dengan kita yang terus menyangkalnya. And yeah, semuanya dirangkum dengan baik dalam K-Drama ini.
Poster-poster yang bertebaran di dunia maya pasti soal chemstry kedua tokoh--yang memang nggak diragukan--tapi sungguhlah, kalau sudah nyebur untuk menonton K-Drama ini, romantis-romantisnya justru nggak terasa apa-apa. Bukan karena nggak bagus, bukan karena kurang dapat feel-nya. Tapi memang karena fokus yang semulanya berpikir K-Drama ini akan penuh romantisme, justru fokusnya bergeser pada kesehatan dan penyembuhan kedua tokoh utamanya. Bahkan tokoh pendampingnya juga ikut-ikutan bikin penasaran bagaimana mereka bisa mengurai ketakutannya, traumanya, bahkan gangguan kesehatannya.
sumber gambar: twitter |
sumber gambar: twitter |
It's Okay, That's Love tidak hanya berpusat pada kisah cinta dan sentuhan komedi semata. Karena di dalamnya ada banyak sekali hal yang dekat dengan kita, serta dialami oleh diri sendiri, pun oleh orang terdekat. Kenapa saya bilang gitu?
sumber gambar: twitter |
sumber gambar: twitter |
Dan ya, kadang kita malu untuk mengakui bahwa kita punya masalah itu. Kadang kita justru nggak peduli apakah itu benar ada atau tidak. Kita nggak peduli, apakah itu berpengaruh untuk kesehatan atau nggak. Yang kita peduliin cuma satu, gimana caranya jadi sempurna dan menunjukkan versi terbaik dari diri. Kita hanya ingin dilihat luar biasa baik-baik saja, padahal kita lupa, nggak ada seorang pun yang benar peduli apakah kita sempurna atau nggak. Mereka cuma lihat sekali, tahu sekali, ingat sekali, lalu kalau kamu nggak ada di lintasan hidupnya, ya udah selesai. Besok-besok mereka nggak ingat dan nggak akan peduli lagi.
sumber gambar: twitter |
Saya nggak perlu memuji akting para pemain K-Drama ini. Saya juga nggak perlu memuji sinematografi atau hal-hal lainnya. Karena sesempurna apa pun pujian saya, semuanya akan jadi bias begitu tiba pada plot dan alur cerita yang begitu solid. Karena bagi saya, It's Okay, That's Love nggak perlu dipuji secara berlebihan, untuk jadi sempurna. Justru dari ketidaksempurnaannya itulah kita belajar untuk setidaknya merasa utuh dalam satu momen di hidup.
"Cinta ada bukan untuk memperdebatkan benar dan salah. Tapi cinta ada untuk menguatkan, meski masalah tak pernah usai selama perjalanan." - Stefani Bella
No comments
Post a Comment