Memori ponsel penuh, memori komputer penuh, memori harddisk penuh, bahkan memori di kepala juga sepertinya penuh. Ah manusia, sedikit aja diberi ruang, seketika itu juga langsung diisi sampai nggak sadar kalau udah penuh.
Ada yang pernah begitu juga?
Padahal ya kalau mau dicek ulang,
isinya tuh mirip dan bahkan ada yang sama. Faedahnya apa coba disimpan terus,
sampai memenuhi semua ruang memori. Heran banget.
Iya herannya sama diri sendiri.
Karena kayaknya gue masih suka banget
memenuhi ruang memori dengan hal-hal yang sama dan berulang. Dengan hal-hal
yang harusnya sih nggak usah disimpan lagi. Karena ya buat apa? Karena katanya
kan hidup masih harus ditingkatkan dari hari ke hari. Lah kalau yang lama masih
ada, gimana caranya hal baru bisa mengisi hari? Eyak~
Nggak gitu. Gini maksudnya tuh,
semakin hari semakin ke sini gue jadi sadar, kalau kita manusia yang punya
banyak dosa dan khilaf ini, emang susah banget ya untuk mengikhlaskan dan
melepaskan sesuatu. Apalagi kalau sesuatu itu berhubungan dengan memori,
apalagi kalau sesuatu itu punya nilai yang katanya nggak bisa dinilai pakai
uang.
Duh, hidup. Ribet banget emang
kalau udah ngomongin memori masa lalu.
Bolak-balik gue sering banget
bilang ke sobat-sobat yang curhat atau cerita di @hujan_mimpi atau @stfbl,
kalau hidup tuh pelajaran untuk melepaskan, selalu. Dengan kata lain ya hidup
tuh nggak berhak diinvasi sama masa lalu. Dengan kata lain, semua hal punya
masa kadaluarsanya.
Terima atau nggak terima, ya
kenyataan yang ada memang begitu.
Lo nggak bisa menggenggam sesuatu
atau seseorang, selamanya. Lo nggak bisa merasakan hal yang sama, selamanya. Lo
nggak bisa ada di satu titik yang sama, selamanya.
Tapi…melepaskan itu nggak
gampang, menghapus dan mengenyahkan memori juga nggak gampang.
Ya iya, itu juga gue tahu.
Tapi yang nggak gampang itu bukan
berarti nggak bisa, kan?
Nggak gampang, karena kitanya
yang nggak mau. Nggak gampang, karena kitanya yang nggak ikhlas. Nggak gampang,
karena kitanya yang malas berusaha dan berjuang lebih. Nggak gampang, karena
kitanya yang terus kasih alasan dan rasa kepercayaan diri berlebih sama
yakin—yang padahal kalau mau sedikit buka mata, Tuhan udah bilang bukan dan
tidak.
Hhh, nggak usah bohong bilang
nggak bisa, karena semua itu bisa diusahakan dan bisa terjadi kalau memang
kitanya mau.
Lo niat, lo mau, ya udah itu mah
pasti bisa.
Memang nggak mudah dan nggak
sebentar, soalnya kita manusia. Bukan Doraemon yang punya kantong ajaib. Bukan
juga Nirmala yang punya tongkat sihir.
Yang bikin malas untuk
mengosongkan ruang memori tuh apa sih sebenarnya?
Coba diinget-inget lagi.
Jawaban paling utama muncul
adalah waktunya nggak ada.
Padahal kalau nonton dan
stlaking-in crush atau mantan, waktu sebanyak 24 jam itu pasti dirasa kurang.
Ya iyalah kurang, gimana nggak kurang kalau lo beranggapan hal itu
menyenangkan. Yang bikin heran adalah stalking crush atau mantan itu kan
sesuatu yang menyakitkan—tapi anehnya, tanpa sadar lo malah merasa bahwa itu
adalah kegiatan menyenangkan yang harus selalu dilakukan setiap hari.
Lucu, kan?
Oke-oke mulai ke mana-mana emang
bacot gue. Tapi ya udahlah ya.
Gue memang gampang banget nulis
hal acak, di saat isi kepala udah overload.
Tapi tenang, sobat. Ini bukan
kepenuhan karena memori masa lalu. Kepenuhan kali ini karena gue yang baru
menyadari bahwa Maret sudah tiba di penghujung, dan sebentar lagi sudah
memasuki bulan April, terus puasa, terus tiba-tiba Desember.
Dih apa-apaan banget, kan?
Kemarin kayaknya nggak sanggup
memasuki tahun 2021, eh ndilalah-nya sekarang udah hampir tiba pada pertengahan
tahun. Oalah Gusti, hidup mengapa terasa begitu cepat namun juga lama di saat
bersamaan sih?
Jadi, dalam tiga bulan terakhir
apa saja perubahan baik yang sudah dilakukan atau mungkin sedang dijalani?
Kalau gue sih jawabannya gampang,
nih mulai ngisi blog adalah salah satu upaya membaikkan diri dan meningkatkan
kualitas hidup. Hehehe!
Salam cinta bertumpah-tumpah,
No comments
Post a Comment