Pernah mendengar atau mengalami hal tersebut? Yeah, manusiawi jika jawabanmu adalah pernah. Perlu diingat bahwa kita memang hidup di zaman yang seperti itu. Ketika keberadaan kita memang akan selalu menimbulkan beragam pendapat, mulai dari yang baik maupun buruk. Itulah hidup, kawan!
Sebaik apa pun, setulus apa pun niatmu untuk melakukan sebuah kebaikan atau mungkin hal yang kamu anggap baik, tetap saja akan ada beberapa pihak yang menganggapmu mengerjakannya karena pencitraan, hanya sekedar berpura-pura, atau bahkan tak sedikit yang berkata segala kebaikan yang kamu semaikan adalah sebuah perbuatan yang sia-sia.
Well, mereka bebas mengungkapkan beragam pemikirannya. Mereka bebas berceloteh dan berkomentar apa pun sebab kita hidup di negara yang memang mengizinkan penduduknya untuk sebegitu bebasnya mengeluarkan pendapat meski tetap ada aturan dan norma-norma yang berlaku tentunya. Try to agree to disagree, itu yang nampaknya perlu untuk ditanamkan pada diri masing-masing kita. Mengapa? Karena memang tak semua pendapat atau perlakuan kita harus disetujui orang lain, pun begitu sebaliknya.
Bila kamu tak setuju dengan penilaian mereka terhadap dirimu, itu sah-sah saja tentunya. Sebab mereka tak mengerti kamu beserta seluruh jalan pikiranmu. Tapi sebentar, sadarkah kamu bahwa penilaian mereka tidak timbul begitu saja? Yap, asumsi mereka terhadap kita justru terbentuk karena perangai kita yang entah kita sadari atau tidak menunjukkannya demikian.
Semisal kamu bisa begitu saja dekat dengan lawan jenismu, kemudian lawan jenismu merasa nyaman dan lalu katakanlah mereka menjadi suka denganmu atau bahasa kekiniannya adalah baper. Dan kemudian banyak orang berkata bahwa jelas saja mereka bisa baper karena kamu memperlakukan mereka demikian. Padahal kamu sama sekali tidak berniat demikian, kamu bisa sedekat itu kepada siapa pun hanya karena kamu memang bisa dan mampu senyaman itu untuk membuat orang lain nyaman padamu.
Tapi apakah mereka bisa sependapat denganmu? Tentu tidak kan? Mereka memiliki opininya masing-masing. Dan seberapa banyak pembelaanmu terhadap apa yang kamu lakukan, tetap saja mereka berkata bahwa itu salahmu. Just deal with it! Ya udah maksud saya terima saja komentar mereka jika memang mereka berkata demikian.
Terkadang tak sedikit orang yang berusaha menjelaskan penilaian orang lain terhadap dirinya adalah salah. I mean, mereka berusaha membuat orang lain mengerti bahwa apa yang mereka lakukan tujuannya adalah ini. Bahwa apa yang mereka lakukan adalah alasannya itu. Penilaian orang lain terhadapmu adalah hasil dari apa yang mereka lihat, dengar, rasa dan kemudian mereka terjemahkan menjadi sebuah asumsi yang tak sedikit membuatmu merasa gerah.
Begini, di depanmu mungkin saja mereka yang coba kamu beri pengertian mengenai alasanmu melakukan sesuatu hal tersebut akan berkata iya aku mengerti atau iya tenang saja aku paham mengapa kamu seperti itu. But well, siapa yang tahu ketika nanti dia akan berkata berbeda di belakangmu, atau apa yang dia ucap tetap saja tak sama dengan apa yang dia pikirkan? Tak ada yang tahu, tak ada yang benar-benar tahu.
Bukan, saya tak bermaksud agar dirimu berprasangka buruk atas pemikiran orang lain. Hanya saja saya ingin mengatakan bahwa pada kenyataannya memang beberapa pihak ada yang demikian. Ingat, beberapa bukan berarti semua. Tak ada hal yang bisa disamaratakan, kan? Kamu sudah jauh lebih paham mengenai itu pastinya.
Kalimat racauan ini akan berakhir dengan mengingat kata-kata dari Lee Thompson,
“People change, even good people, if they get the wrong thing in their head. And not everything is always what it looks like and sometimes just because one person looks weak, they might be very strong, and another person might look like a spooky freak but he might be one of the kindest people you’d ever meet. And I guess I learned that time is slippery…We have to enjoy every second, love with all our hearts, all we can, while we can.”
Pada akhirnya, I just wanna say that lebih baik segala penilaian orang lain terhadapmu dan atau komentar mereka untukmu tak selamanya harus kamu iyakan atau turuti lalu kamu pikirkan terus-menerus. Kalau memang pendapat mereka menyudutkan atau menjelekkan atau memberikan cap negatif pada dirimu, ya udah anggap saja itu angin lalu, cukup serap dan mulai telaah apa yang mereka utarakan.
Seseorang pernah berkata pada saya, jadilah seperti spons yang mampu menyerap banyak air. Jangan jadikan penilaian negatif itu mengubahmu untuk menghentikan segala kebaikan-kebaikan yang sedang kamu lakukan. Dan apabila komentar mereka memberikan banyak petuah untukmu, bukan berarti seketika itu juga kamu harus menelannya mentah-mentah. Ingat, beberapa petuah bisa dipilih dan dipilah. Mana yang sekiranya bisa untuk didengar, dipertimbangkan, dan kemudian dijadikan masukan. Mana yang memang hanya sebagai sebuah warning untuk kamu melangkah selanjutnya.
Got the point?
Semoga kamu, semoga saya, mulai paham mengenai hal yang baru saja dicelotehkan. Selamat menebar kebaikan di setiap detiknya. Dan jangan lupa untuk mulai memerhatikan tingkah lakumu karena tak semua pihak dapat menerima apa yang kamu lakukan lengkap dengan pandangan yang kamu miliki.
Tetap berada di lintasanmu, selama tak menyakiti orang lain dan tak membuat dirimu tersakiti, tetap lakukan kebaikan-kebaikan itu. Selamat mengakhiri bulan dengan perenungan yang lebih baik. Cause, You Only Live Once :)))
This recreation has two zeroes pockets, one marked “0” and one marked as “00”.This increases the house edge except you’re playing in} with two balls. It is the top spot for US players to enjoy protected and dependable gaming with great payouts. When it comes time to cash 1xbet korea out your money, there are no charges on any withdrawal method.
ReplyDelete